Beranda | Artikel
Menempatkan Manusia Pada Posisinya
Selasa, 22 Maret 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Menempatkan Manusia Pada Posisinya ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 18 Sya’ban 1443 H / 21 Maret 2022 M.

Kajian Islam Tentang Menempatkan Manusia Pada Posisinya

Talbis dilancarkan iblis kepada seseorang yang mungkin dipandang sebagai ahli ibadah. Misalnya orang yang biasa menyendiri di masjid untuk mengerjakan shalat dan beribadah secara umum di dalamnya seperti membaca atau menghafal Al-Qur’an.

Ini adalah satu amal shalih dan kebiasaan yang positif. Namun hal ini menjadikan orang tersebut dikenal sebagai ahli ibadah. Orang-orang pun menyebutnya ahli ibadah. Dan kemudian orang-orang pun mungkin menganggapnya berilmu. Orang-orang menemuinya, bermakmum kepadanya, hingga mungkin menjadikannya sebagai rujukan. Padahal dia ahli ibadah, bukan ahli ilmu.

Ini bagian talbis iblis yang harus diwaspadai. Berapa banyak orang-orang yang rajin ibadah hingga disebut sebagai ahli ibadah dalam pandangan manusia. Kemudian orang-orang awam yang tidak mengetahui terminologi ahli ilmu memandang orang ini sebagai ahli ilmu. Maka mereka pun menemuinya, mendatanginya dan bertanya kepadanya. Mereka ingin menimba ilmu dari orang ini. Sementara ia tidak punya ilmu.

Ibadah yang dikerjakannya adalah suatu hal yang positif. Akan tetapi kadang-kadang di sinilah bagian talbis iblis yang harus diwaspadai. Yaitu membuat kesamaran tentang status. Status seorang ahli ilmu dikatakan dia ahli ilmu karena memiliki latar belakang ilmu. Dia mempelajari dan menekuni ilmu itu, sehingga dikatakan ahli ilmu.

Bagi orang-orang awam, keshalihan seseorang merupakan salah satu ciri dari ahli ilmu. Memang benar ahli ilmu itu seharusnya juga ahli ibadah, tapi mungkin tidak sebanyak ahli ibadah. Di sana mungkin ada orang yang lebih banyak ibadahnya daripada ahli ilmu.

Dalam pandangan orang-orang awam mungkin si ahli ibadah ini dipandang lebih daripada ahli ilmu. Dan tidak sedikit dari mereka yang mengangkatnya bahkan sampai derajat ahli ijtihad/fatwa. Padahal dia hanya seorang yang rajin ibadah.

Maka ini perlu diwaspadai. Mereka yang telah dicap sebagai ahli ibadah tadi menjadi semangat beribadah karena mengetahui apa yang mereka lakukan akan didengar oleh orang-orang dan mendatangkan pujian. Di sisi yang lain orang-orang yang memujinya mengangkatnya lebih daripada maqamnya.

Bukan berarti ibadah yang dilakukannya tidak baik. Akan tetapi setan menyesatkan manusia kadang-kadang dari arah yang tidak terduga, bahkan dari sesuatu yang mungkin dipandang baik. Dari situ setan menggelincirkan anak Adam. Maka kita harus selalu waspada dan hati-hati.

Seorang ahli ibadah yang menyadari dia sebenarnya adalah seorang penuntut ilmu juga ataupun bahkan dia mungkin masih kategori awam, dia harus menjelaskan keadaan. Bahwa dia tidak layak untuk dimintai fatwa atau dia bukanlah ahli ijtihad atau dia bukanlah seorang ahli ilmu yang memiliki latar belakang ilmu.

Dia harus menjelaskan bahwa ibadah yang dikerjakannya bukan menunjukkan apa-apa yang berkaitan dengan ilmu.

Namun itu yang terjadi sekarang ini orang-orang yang dipandang shalih, rajin ibadah atau bahkan orang yang baru hijrah sekalipun, nampak tanda-tanda keshalihan, lalu dijadikan sebagai rujukan dalam agama. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang dia mungkin punya retorika yang bagus, cara bicara yang baik, keahlian dalam menyampaikan nasihat, tapi dia bukan ahli ilmu sebenarnya. Latar belakang ilmunya mungkin masih minim, ilmunya tidak cukup untuk dikatakan dia sebagai ahli ilmu. Mungkin lebih tepat dia adalah seorang penuntut ilmu biasa. Namun orang awam mengangkatnya lebih daripada kedudukannya.

Maka dikatakan oleh para ulama:

أَنزِلُوا النَّاسَ مَنَازِلَهم

“Letakkanlah manusia pada posisinya.”

Karena kalau keliru ini bisa berbahaya. Apa kata Nabi dalam hadits:

إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

“Jika diserahkan satu urusan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51547-menempatkan-manusia-pada-posisinya/